Salah satu aktivitas sex yang kerap dilakukan oleh kaum pria adalah masturbasi. Walaupun sudah menikah, terkadang mereka masih melakukan masturbasi lho. Sayangnya masih banyak kaum pria yang percaya berbagai mitos negatif seputar masturbasi. Nah, mari kita telaah lebih jauh mengenai masturbasi dan efeknya.
Cukup banyak pria yang pernah melakukan masturbasi, walaupun ada sebagian orang yang melakukannya lebih sering dari yang lain. Masturbasi biasanya berlanjut terus sampai masa dewasa, meskipun pada orang dewasa yang sudah menikah dapat melakukan hubungan sex dengan pasangannya.
Banyak di antara pria-pria yang melakukannya merasa malu karena melakukan masturbasi. Mereka, terutama para remaja memiliki semacam ketakutan apabila orang lain/orang tua mereka mengetahui apa yang mereka lakukan. Hal ini mempengaruhi mereka, sehingga mereka cenderung melakukan masturbasi dengan cepat dan dalam kondisi terburu-buru untuk mengurangi risiko "ketahuan". Baru kemudian, ketika mereka beranjak dewasa, mereka mengetahui perlunya penundaan orgasme dalam mencapai kepuasan seksual yang maksimal.
Selama ini masturbasi dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu dan dapat menyebabkan ketidaksuburan pada pria yang melakukannya. Memang sampai saat ini masyarakat belum dapat menerima sepenuhnya tindakan masturbasi yang dilakukan oleh sebagian kaum pria dan bagi pria yang melakukannya dikenakan vonis menderita kelainan sex. Hal ini sedikit banyak berpengaruh juga kepada orang-orang yang melakukannya. Mereka menjadi merasa bersalah karena tindakan mereka yang oleh sebagian besar masyarakat dianggap sesuatu yang tidak wajar. Celakanya kemudian, perasaan bersalah ini berlanjut menjadi kendala psikologis dan mempengaruhi kehidupan seksual mereka di kemudian hari.
Secara medis sebenarnya masturbasi tidak berakibat langsung kepada terjadinya infertilitas. Justru masturbasi bermanfaat dalam hubungan suami istri. Masturbasi dapat membantu kita belajar mengontrol dan menunda orgasme sehingga kepuasan dalam berhubungan intim dapat tercapai. Namun kendala psikologis akibat kecaman masyarakat dan terutama agama dalam melakukan masturbasi akan mempengaruhi aktivitas seksual seseorang bersama pasangannya. Kualitas dan kuantitas sperma tidak dipengaruhi oleh masturbasi secara langsung. Jumlah dan kualitas sperma akan menurun bila masturbasi dilakukan terlalu sering. Tetapi akan kembali normal jumlah dan kualitasnya setelah tidak melakukan masturbasi/hubungan seksual selama 3-5 hari.