Tak mudah memang memiliki anak remaja. Kondisi kejiwaan mereka yang masih labil seringkali membuat para orang tua kebingungan menghadapi tingkah mereka. Mau dikerasi salah, dibiarkan akan semakin menjadi. Hingga tak heran kenakalan remaja menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi hal-hal buruk menimpa mereka.
Cara bergaul antara mereka selalu menjadi sorotan banyak orang. Terutama pergaulan antara lawan jenis. Mengenal lawan jenis saat remaja menjadi sesuatu yang paling membanggakan mereka. Menjalin hubungan special dengan lawan jenisnya, akan selalu menjadi topik hangat rumpian remaja masa kini setiap hari.
Kebetulan saat ini saya sering bergaul dengan anak-anak remaja. Bahkan saya sering menjadi tempat curhat mereka. Dengan santai mereka mengatakan “tadi dia habis dicium atau di peluk pacarnya”.
Membaca status-status mereka di FB atau di jejaring sosial lainnya membuat saya kadang geleng-geleng kepala. Tak akan jauh-jauh hampir semua tentang pacar. Dengan bangga misalnya mereka menulis “aku cinta pacarku bla-bla”. Seolah dunia ini mereka yang punya hingga tidak ada lagi rasa segan kepada orang tua.
Zaman berubah dan gaya hidup pun berubah. Pergeseran cara pandang, ikut berubah. Beberapa waktu lalu seorang sahabat melemparkan Pertanyaan yang membuat saya merenung. Beliau bertanya!
“mengapa kualitas pacaran remaja masa kini tak seperti dulu?. Remaja dulu saling memotivasi, pacaran untuk memacu semangat belajar agar bisa punya nilai yang baik di sekolah. Mau memilih si dia menjadi pacar karena dia pintar dan ingin bisa belajar bersama dengannya. Saling mendukung untuk menghasilkan sebuah karya. Merasa malu jika tak menjadi yang terbaik di sekolah. Sementara remaja sekarang pacaran mereka untuk saling merusak. Melampiaskan nafsu tidak hanya itu, juga untuk memoroti uang pacarnya?.”
Sebuah pertanyaan yang sangat dalam menurut saya. Butuh kepedulian di dalamnya, sebuah keprihatinan atas gaya pacaran anak muda sekarang. Saya coba cerna lagi pertanyaan itu. Meskipun pertanyaan itu telah berlalu bebera minggu lalu. Namun semalam seolah saya diingatkan kembali, senada dengan pertanyaan teman saya.
Saat hadir di pengajian rutin bulanan di mesjid kompleks saya. Sang ustadz yang juga seorang guru di sebuah sekolah menengah memaparkan kalau setiap tahunnya ada siswa yang droup out karena telah hamil di luar nikah. Sang ustadz menyatakan ini terjadi karena anak-anak bergaul sangat bebas dengan lawan jenisnya. Ini mungkin bukan hal baru lagi untuk kita dengar, karena begitu banyak kejadian serupa di tengah-tengah kita.
Pertanyaan sahabat saya “mengapa gaya pacaran anak-anak sekarang malah merusak?” solah dibenarkan oleh pernyatan ustadz yang saya dengar semalam. Jika ini terus terjadi tentu bangsa kita akan semakin hancur. Siapakah yang pertama harus kita salahkan dengan kondisi seperti ini?.
Sebagai orang tua tentu kitalah yang paling harus bertanggung jawab untuk keselamatan putra putri kita. Kita yang punya kewajiban utama membentengi mereka, mendidik dan
menjaga agar mereka tak salah langkah.
menjaga agar mereka tak salah langkah.
Seorang teman saya yang punya dua anak perempuan pernah saya dengar berkata pada putrinya. “duhai anak-anakku, betapa bangganya ibu memiliki anak-anak yang cantik seperti kalian. Tapi tahukah kalian kalau betapa takutnya ibu sesuatu yang buruk menimpa kalian. Berhati-hatilah bergaul dengan lelaki.”
Ketakutan seperti di atas, mungkin bukan hanya milik teman saya. Sebab saya sendiripun ibu yang juga punya anak perempuan merasakan hal yang sama. Dan juga anda para orang tua yang punya anak remaja. Zaman ini begitu mengerikan, kegamangan yang cukup besar bagaimana mendidik mereka menjadi anak yang baik? Ini bukanlah perkara mudah.
Membentengi anak-anak dengan pendidikan agama yang kuat mutlak diperlukan. Kita sebagai orang tua tentu tak dapat menutup mata, pengaruh lingkungan pada perkembangan anak-anak jauh lebih besar, dibandingkan pengaruh kata-kata kita orang tua mereka. Karena waktu mereka bersama kita jauh lebih sedikit.
Tantangan yang sangat berat. Mampukah kita di waktu yang hanya sedikit itu. Memberikan pengayoman dan kesadaran pada mereka. Menanamkan fondasi yang kuat di hati dan pikiran mereka. Bahwa hidup mereka teramat berharga, harga diri mereka adalah segala-galanya. Masa depan mereka masih sangat panjang. Agar mereka tidak terjerumus pada pergaulan bebas yang merenggut mimpi-mimpi mereka.
Semoga kita mampu, dan putra putrid kita terjaga selamanya.